Apakah Kita Memiliki Hati yang Merindukan Tuhan di detik-detik Akhir Jaman ini ?
Kalau manusia rindu mencari Allah itu memang seharusnya demikian. Tetapi kalau Allah yang rindu mencari manusia itu luar biasa. Siapakah manusia yang sangat mengguncangkan hati Allah sehingga Allah rindu mencarinya ? Dialah Daud. Mengapakah Daud dapat mempengaruhi hati Allah sehingga mencarinya ? Karena Daud terlebih dahulu merindukan Allah. Kerinduannya yang menghebat dimulai dari jiwanya.
Rindu adalah suatu keinginan untuk bertemu / memiliki / tanggapan positif lainnya. Rindu adalah kekuatan dari cinta.
Dalam Mazmur 42 berkata, Kerinduan Daud kepada Allah, merupakan kekuatannya untuk mendapat kasih Allahnya. Rindu yang digambarkannya seperti rusa yang merindukan sungai yang berair (ayat 1)
Rindu kepada Tuhan Yesus menjadikan kekristenan kita berkualitas. Membuat penyembahan kita kepadanya berkualitas dan membuat semuanya menjadi berkualitas. Demikian sebaliknya hati yang rindu tidak ada dengan sendirinya kalau hati kita tidak dimotivasi dengan cinta kepada-Nya.
Daud melalui pasal ini mengajarkan kepada kita,
5 (lima) ciri hati yang rindu kepada Tuhan :
“Bilakah aku boleh datang melihat Allah?” (ayat 3)
= Menunjukkan ada perasaan yang kuat ingin berjumpa.
Ayat ini tidak menunjukkan kalau Allah terlalu sibuk untuk dijumpai. Ungkapan ini sama saja dengan : “Aku merindukan-Nya. sudah tidak tahan lagi ingin bertemu dengan-Nya.” Saudara yang pernah berpacaran akan mengerti hal ini.
“Air mataku menjadi makananku siang dan malam, karena sepanjang hari orang berkata kepadaku : “Di mana Allahmu?” (ayat 4)
= artinya ingin menunjukkan kekasihnya kepada banyak orang. Ingin menceritakan tentang Dia.
Ayat ini menunjukkan kerinduan Daud untuk memperkenalkan Allahnya kepada banyak orang. Kerinduan yang mulia ini membuat Daud berdoa dengan air mata yang mengalir siang dan malam. Tanpa perasaan ini kita tidak ada kekuatan untuk melakukan Amanat Agung Tuhan Yesus
“Bagaimana aku berjalan maju dalam kepadatan manusia mendahului mereka melangkah ke rumah Allah, dengan sorak sorai dan nyanyian syukur, dalam keramaian orang-orang yang mengadakan perayaan.” (ayat 5)
= Artinya orang yang rindu kepada Tuhan tidak mau terlambat ke pertemuan atau persekutuan di rumah Tuhan.
Ia selalu mendahului yang lain bahkan suka ada di tempat terdepan. Dia orang yang sangat menolak terlambat. “Ah, paling masih pujian?” “masih belum dimulai.” Dan lain sebagainya
“Mengapa engkau tertekan hai jiwaku, dan gelisah dalam diriku? Berharaplah kepada Allah! Sebab aku akan bersyukur lagi kepada-Nya, penolongku dan Allahku.” (ayat 6)
= Artinya orang yang rindu kepada Tuhan dapat memerintah jiwanya untuk fokus kepadaNya.
Seringkali jiwa menghalangi kerinduan roh kita untuk bersekutu dengan Tuhan.
Pikiran, perasaan dan kehendak seolah-olah tidak mau akur dengan roh kita untuk berdoa, atau memuji Tuhan.
“Dan pada malam hari aku menyanyikan nyanyian suatu doa kepada Allah kehidupanku.” (ayat 9)
= Artinya orang yang rindu kepada Tuhan, selalu bisa memuji Tuhan dan berdoa dalam segala situasi sekalipun ditengah kondisi kegelapan, di dalam lembah kekelaman, dimana semua pintu sepertinya tertutup.
Orang percaya yang sudah ditebus oleh Tuhan Yesus Kristus, seharusnya semakin menyadari bahwa ia sudah dipindahkan dari kebinasaan kedalam kehidupan kekal, kehidupan yang sesungguhnya, kehidupan yang tak dapat dinilai dengan apapun. Persoalannya selama ini kita tidak pernah menghargai pemberian kasih karunia Tuhan yang dibayar dengan harga yang sangat mahal oleh darah Tuhan Yesus Kristus.
Hal itu ditunjukan dengan cara hidup kita yang terus saja melukai hati Tuhan dengan berbagai perbuatan kita selama ini, baik sikap, pikiran, perkataan, semuanya masih menunjukan bahwa kita lebih mencintai dunia ini dari pada mencintai Tuhan.
Selama ini ternyata semua yang kita lakukan seringkali bermuara pada kesenangan diri sendiri, kepentingan diri sendiri, dan tidak ada sesuatu yang kita lakukan dengan tujuan ingin membalas kebaikan Tuhan atas keselamatan yang sudah Ia berikan kepada kita.
Orang percaya harus menyadari akan konsekuensi setelah ditebus oleh Tuhan, yaitu kita sepenuhnya telah menjadi milik Tuhan. Itu artinya selagi nafas ini masih kita hirup selama kita masih hidup di dunia ini, segenap hidup kita harus untuk kepentingan Tuhan, yang adalah Majikan Agung kita, Allah yang Maha mulia dan yang Maha Kudus Tuhan Yesus Kristus, dan tidak boleh ada yang lain.
Mungkin saja apa yang disampaikan ini rasanya seperti menyudutkan kita, tetapi mari kita jujur berpikir sejenak dan merenungkan, setiap detik perjalanan hidup kita didalam 1 hari, dan itu artinya selama 24 jam kita menjalankan hidup, seberapa rindunya kita kepada Tuhan. Berapa banyak diantara kita yang berkata kepada Tuhan “aku merindukanMu ya Tuhan lebih dari apapun”. Berapa banyak diantara kita yang berpikir ingin cepat-cepat berjumpa dengan Tuhan didalam kerajaan-Nya.
Kalau kita menyadari semuanya itu, seharusnya kita malu karena kita telah menyalahgunakan hidup yang sebenarnya bukan milik kita lagi. Dari cara hidup kita menunjukan bahwa kita lebih suka untuk tinggal lebih lama lagi di dunia ini dari pada pulang ke Sorga dan berjumpa dengan Allah atau bahkan kerinduan untuk di rapture atau diangkat. Sehingga selalu skeptis akan artikel-artikel akhir jaman atau nubuatan akhir jaman yang seharusnya membuat kita lebih intim pada Tuhan dan berjaga-jaga senantiasa.
Pemazmur di dalam Mazmur 73 mengungkapkan sebuah kerinduan yang luar biasa kepada Allah, setalah ia menyadari sebuah keadaan hidup di dunia yang pada akhirnya tidak berarti apa-apa, karena semuanya akan hilang lenyap, barulah ia bisa mengungkapkan perasaan rindunya kepada Allah.
Mazmur 73:25 Siapa gerangan ada padaku di sorga selain Engkau? Selain Engkau tidak ada yang kuingini di bumi. 73:26 Sekalipun dagingku dan hatiku habis lenyap, gunung batuku dan bagianku tetaplah Allah selama-lamanya.
Inilah yang harus menjadi kerinduan hati kita. Merindukan Tuhan lebih dari apapun harus menjadi prinsip hidup kita selama kita masih hidup di dunia ini, dan tidak boleh ada sebuah keinginan yang timbul dalam hati kita, kalau keinginan itu tidak memuliakan Tuhan dan menyenangkan hati Tuhan.
Sebagai orang percaya, kita harus bisa berkata seperti pemazmur berkata, selain Engkau tidak ada yang ku ingini di bumi. Bahkan kalau kita perhatikan ayat selanjutnya, ia mengungkapkan sebuah perasaan rindu yang luar biasa kepada Allah, “Sekalipun dagingku dan hatiku habis lenyap, gunung batuku dan bagianku tetaplah Allah selama-lamanya” ini kerinduan yang sangat dalam. Ada rasa keterikatan yang tak dapat dipisahkan oleh apapun, bahwa ia rela kehilangan bagian hidupnya yang paling berharga sekalipun, asal saja bagian yang ia dapatkan adalah Allah.
Jangan lagi menyia-nyiakan waktu hidup kita yang masih tersisa ini. Ambillah keputusan untuk melepaskan diri dari ikatan dunia saat ini, dan kembalilah kepada Tuhan. Merindukan Tuhan lebih dari apapun harus menjadi prioritas utama dalam hidup kita saat ini.
Apakah ciri-ciri seperti itu, ada pada kita semua hari ini ?
Sekali lagi, tanpa kerinduan tidak ada keintiman dengan Tuhan. Tidak ada keintiman dengan-Nya sama saja dengan, tidak ada kekuatan dan mujizat Tuhan dalam diri kita.
Ada sebuah pujian :
“S’perti rusa yang haus, rindu aliran sungaiMu
Hatiku tak tahan menungguMu.
Bagai tanah gersang, menanti datangnya hujan
Begitupun jiwaku, Tuhan.
Reff.
Hanya Engkau, pribadi yang mengenal hatiku.
Tiada yang tersembunyi bagiMu,
s’luruh isi hatiku Kau tahu, dan bawaku …
‘tuk lebih dekat lagi padaMu,
tinggal dalam indahnya dekapan kasihMu.
Tag: Akhir Zaman
Terima Kasih Telah Berkunjung
Tuhan Yesus Memberkati
Sumber:berjagajaga.wordpress.com
0 komentar:
Posting Komentar