Yesus menyempurnakan kita yang tidak sempurna
Kamis, 05 November 2015
JESUS, YOU COMPLETE ME
JESUS YOU COMPLETE ME
Yesus menyempurnakan kita yang tidak sempurna
Yesus menyempurnakan kita yang tidak sempurna
Lukas 8:40-56
Ketika Yesus kembali, orang banyak menyambut Dia sebab mereka semua menanti-nantikan Dia. 8:41 Maka datanglah seorang yang bernama Yairus. Ia adalah kepala rumah ibadat. Sambil tersungkur di depan kaki Yesus ia memohon kepada-Nya, supaya Yesus datang ke rumahnya, 8:42 karena anaknya perempuan yang satu-satunya, yang berumur kira-kira dua belas tahun, hampir mati. Dalam perjalanan ke situ Yesus didesak-desak orang banyak. 8:43 Adalah seorang perempuan yang sudah dua belas tahun menderita pendarahan dan yang tidak berhasil disembuhkan oleh siapapun. 8:44 Ia maju mendekati Yesus dari belakang dan menjamah jumbai jubah-Nya, dan seketika itu juga berhentilah pendarahannya. 8:45 Lalu kata Yesus: “Siapa yang menjamah Aku?” Dan karena tidak ada yang mengakuinya, berkatalah Petrus: “Guru, orang banyak mengerumuni dan mendesak Engkau.” 8:46 Tetapi Yesus berkata: “Ada seorang yang menjamah Aku, sebab Aku merasa ada kuasa keluar dari diri-Ku.” 8:47 Ketika perempuan itu melihat, bahwa perbuatannya itu ketahuan, ia datang dengan gemetar, tersungkur di depan-Nya dan menceriterakan kepada orang banyak apa sebabnya ia menjamah Dia dan bahwa ia seketika itu juga menjadi sembuh. 8:48 Maka kata-Nya kepada perempuan itu: “Hai anak-Ku, imanmu telah menyelamatkan engkau, pergilah dengan selamat!” 8:49 Ketika Yesus masih berbicara, datanglah seorang dari keluarga kepala rumah ibadat itu dan berkata: “Anakmu sudah mati, jangan lagi engkau menyusah-nyusahkan Guru!” 8:50 Tetapi Yesus mendengarnya dan berkata kepada Yairus: “Jangan takut, percaya saja, dan anakmu akan selamat.” 8:51 Setibanya di rumah Yairus, Yesus tidak memperbolehkan seorangpun ikut masuk dengan Dia, kecuali Petrus, Yohanes dan Yakobus dan ayah anak itu serta ibunya. 8:52 Semua orang menangis dan meratapi anak itu. Akan tetapi Yesus berkata: “Jangan menangis; ia tidak mati, tetapi tidur.” 8:53 Mereka menertawakan Dia, karena mereka tahu bahwa anak itu telah mati. 8:54 Lalu Yesus memegang tangan anak itu dan berseru, kata-Nya: “Hai anak bangunlah!” 8:55 Maka kembalilah roh anak itu dan seketika itu juga ia bangkit berdiri. Lalu Yesus menyuruh mereka memberi anak itu makan. 8:56 Dan takjublah orang tua anak itu, tetapi Yesus melarang mereka memberitahukan kepada siapapun juga apa yang terjadi itu.
Cerita ini mengajari kita bagaimana memiliki iman, terutama memiliki iman kepada Yesus. Bila kita memiliki iman, tak peduli sebesar apa iman tersebut, bahkan sekecil biji sesawipun, Tuhan merespon terhadap iman tersebut. Dua kejadian ini terjadi bersamaan. Dua-duanya mengajarkan tentang iman yang berbeda. Yesus menyempurnakan iman kita yang kurang sempurna.
Ada dua orang menanti kedatangan Yesus dengan perasaan berdebar-debar. Kedua-duanya memiliki masalah, dan percaya bahwa Yesus mampu menyelesaikan masalah mereka. Namun ada perbedaan dalam cara mereka percaya kepada kuasa Yesus.
Yang pertama merasa masalahnya sangat kritis dan urgent, karena anak perempuannya sakit sangat keras. Ia adalah seorang pejabat gereja, kepala rumah ibadat. Sebagai kepala rumah ibadat ia orang terpandang di lingkungannya. Namun ia datang dan tersungkur di kaki Yesus. Ia merendahkan dirinya untuk memohon belas kasihan Yesus.
Tidak semua orang Yahudi, para pemimpin agama mau datang kepada Yesus bahkan mau tersungkur di kaki Yesus di depan banyak orang. Itu semua membutuhkan keberanian untuk mengorbankan diri, kehormatan, status, dan harga diri. Yairus berani melakukan hal itu. Itu ia lakukan demi anaknya yang sakit keras. Penyakit anaknya adalah ”gunung” kesulitannya.
Orang kedua dalam cerita ini hanya seorang perempuan biasa sederhana. Penyakitnya sudah lama 12 thn, penyakitnya sudah tidak bisa disembuhkan oleh siapa saja, sudah kronis, sehingga telah menjadi bagian dari hidupnya. Kalau Yairus berani datang secara terbuka, tersungkur di kaki Yesus dan memohon belas kasihan Yesus, maka si perempuan itu merencanakan untuk mendekati Yesus dengan sembunyi-sembunyi. Ia tidak memiliki keberanian seperti Yairus yang datang secara terang-terang memohon kepada Yesus. Ia hanya berani secara sembunyi-sembunyi. Mungkin kita berpikir perempuan ini kurang ajar, dan tak berharga di mata Allah. Kalau memiliki iman harus berani mengakui iman tersebut.
Tetapi perempuan ini memiliki satu kelebihan dari Yairus, meskipun itu ia lakukan dengan sembunyi-sembunyi. Ia memiliki keyakinan yang kuat, ia percaya sepenuhnya bahwa hanya dengan menyentuh pakaian Yesus saja masalah penyakitnya akan selesai. Disitulah kelebihan iman perempuan itu.
Kita mungkin tetap tidak senang karena ia tidak berani mengakui imannya. Sabar, jangan cepat menilai orang dengan sudut padang kita. Mengapa perempuan ini hanya ingin menyentuh Yesus dengan diam-diam? Karena ada aturan Musa dalam Imamat 15, siapa saja yang menyentuh barang atau badan perempuan yang sedang mengalami perdarahan akan menjadi najis.
Perempuan ini tidak ingin ketahuan karena takut menajiskan Yesus. Ada larangan Musa di satu pihak, dan ada kerinduan dan keyakinan kuat bahwa hanya dengan menyentuh pakaian Yesus saja ia akan sembuh. Disitulah terjadi pergumulan dirinya. Antara larangan dan iman kepada Yesus. Namun akhirnya iman itu mengalahkan segala-galanya. Ia datang menyentuh ujung jubah Yesus.
Kalau kita masih ngotot agar perempuan ini menyatakan dirinya, maka Yesus tahu itu. Sesudah iman yang menyembuhkan, datang ujian untuk bersaksi. Apakah kita menyembunyikan berkat itu dan tak mau memuliakan Allah? Ujian iman kita pada tahap berikutnya adalah menyatakan iman itu keluar kepada orang banyak yaitu pengakuan. Yairus telah melakukan itu pada awal kedatangannya, namun perempuan ini belum. Jadi Yesus meminta ia menyatakan dirinya kepada banyak orang.
Tahap pertama iman adalah internal, keyakinan dalam diri kita, namun tahap berikutnya adalah pengakuan dan kesaksian. Tahap ketiga adalah perbuatan yaitu kasih, menjadi saluran berkat bagi orang lain. Tahap selanjutnya adalah menghasilkan buah-buah roh.
Awalnya si perempuan itu tak mau mengaku kesembuhannya. Ia takut, namun kemudian ia maju bersaksi. Kalau kita mendapat anugerah Allah, kita harus memuliakan Allah. Kita tidak dapat hanya menerima saja dan tak mau mengungkapkan anugerah itu agar Tuhan dimuliakan melalui kesaksian kita.
Bukan jubah Yesus yang menyembuhkan perempuan itu, bukan sentuhan pada jubah itu, tetapi iman perempuan itu yang telah menyembuhkannya. Tuhan merespon terhadap iman seseorang kepadaNya. Iman yang disempurnakan… You Complete Me.
Yesus tidak hanya menyembuhkan penyakit seseorang, ia menghapus ”gunung” masalah kita yaitu dosa kita. Yesus berkata kepada perempuan itu, ”pergilah dengan dengan selamat.” Yesus menyembuhkan bukan hanya sakit fisiknya saja , tetapi Yesus juga menyelamatkan jiwanya sekaligus. Yesus memberikan keselamatan jiwanya. Yesus menyempurnakan kita.
Iman adalah kunci untuk membuka pintu berkat Allah. Iman membuka hubungan kita dengan kuasa Allah. Ketika kita percaya kepada Alah, maka kuasa Allah ada pada kita. Kuasa itu melingkupi kita dan menyembuhkan luka-luka kita, bahkan menyelamatkan jiwa kita yang sekarat. Kalau kabel lampu menghubungkan lampu dengan sumber listrik, maka iman menghubungkan kita dengan sumber kuasa Allah.
Orang pertama, Yairus, menunggu dengan tak sabar agar Yesus ikut dengannya kerumahnya. Kedatangan Yesus terhambat oleh perbuatan perempuan tersebut. Yairus adalah kepala rumah ibadat, semua orang Israel menghormatinya, seharusnya perempuan itu jangan berbuat macam-macam menghalangi perjalanan Yesus dengannya. Toh ia yang telah memohonnya terlebih dulu. Meskipun Yairus berani tampil di depan orang banyak memohon penyembuhan dari Yesus, namun imannya tidak seperti perempuan tersebut. Imannya bersandar kepada kedatangan Yesus. Sehingga ketika orang-orang mengabarkan bahwa anaknya sudah mati, ia menjadi sangat kecewa. Usahanya telah berakhir, anaknya sudah mati, karena Yesus terlambat. Yairus tidak memahami kuasa Yesus, imannya tidak mampu melihat bahwa Yesus mampu melakukan apa saja tanpa harus ada disana. Yairus meremehkan kuasa Yesus.
Yesus menuntut iman yang mempercayai kuasanya. Iman yang tidak meragukan apa yang akan dikerjakannya, bukan apa yang kita inginkan Dia kerjakan bagi kita. Iman kita adalah iman yang mempercayai tindakan Tuhan pada kita, dan bukan iman yang meminta Tuhan melakukan sesuai dengan keinginan atau prosedur yang kita bayangkan akan dilakukan Tuhan. Yesus bukan pesuruh kita, Dia adalah Tuhan kita yang mengetahui apa yang terbaik bagi kita.
Mujizat adalah anugerah Allah. Setiap hari dalam kehidupan kita ada peluang untuk terjadinya mujizat karena iman kita kepada Allah. Namun apakah setiap mujizat itu membuat iman kita makin bertumbuh atau malah makin membuat kita sombong dan terperosok dalam menonjolkan diri sendiri?
Iman bertumbuh makin besar untuk tantangan yang lebih besar lagi. Iman dapat memindahkan gunung. Setiap ”gunung” kesulitan dalam hidup kita dapat diselesaikan bila kita percaya kepada Allah, bila kita memuliakan Allah dalam setiap hal yang kita hadapi, bila kita bersyukur atas setiap perbuatannya dalam hidup kita, bila kita bersaksi atas setiap mujizat yang ia lakukan dalam hidup kita, dan bila kita menjadi bagian dari rencana penyelamatan Allah bagi orang lain. Itulah iman yang bertumbuh.
Yesus telah merespons terhadap iman yang berbeda-beda dari kedua orang tersebut. Yairus memiliki iman, ia berani mengungkapkan imannya di depan banyak orang, namun imannya hanya mencapai tingkat sekedar percaya bahwa Yesus dapat menyembuhkan tetapi ia harus datang kerumahnya, dan menyentuh anaknya baru bisa sembuh. Ia percaya penyembuhan itu harus terjadi sebelum anaknya mati. Lain lagi dengan perempuan itu, ia yakin seyakin-yakinnya bahwa hanya dengan menyentuh ujung jubah Yesus, ia akan sembuh. Namun ia tak berani datang secara terbuka memohon kepada Yesus. Selain itu ketika ia sembuh, ia agak segan mengungkapkan kesembuhannya itu.
Namun dalam kedua kejadian ini, Yesus menguatkan dan menyempurnakan iman kedua-duanya. Iman Yairus ditingkatkan melalui kebangkitan anaknya. Yesus dapat melakukan apa saja meskipun anaknya telah mati. Iman perempuan itu juga ditingkatkan melalui panggilan untuk bersaksi menyatakan imannya. Karena ia akhirnya maju dan bersaksi, maka bukan hanya kesembuhan fisik saja yang ia terima tetapi juga keselamatan jiwanya.
Yesus merespon kepada iman kita meskipun iman kita kurang sempurna, meskipun keyakinan dan kepercayaan kita mengenai apa yang Dia dapat lakukan kurang sempurna. Ia yang menyempurnakan iman kita yang kurang sempurna.
Dia yang menyempurnakan kita senantiasa untuk menjadi MempelaiNya yang kudus dan berkenan. JESUS… YOU Complete me…