Lalu Ia berkata kepada mereka: "Pergilah ke seluruh dunia, beritakanlah Injil kepada segala makhluk.Siapa yang percaya dan dibaptis akan diselamatkan, tetapi siapa yang tidak percaya akan dihukum. (Markus 16:15-16)

Jumat, 31 Juli 2015

Wahyu 13:16-18 Akan Tergenapi "Microchip 666"

"Dan ia menyebabkan, sehingga kepada semua orang, kecil atau besar,   kaya atau miskin, merdeka atau hamba, diberi tanda  pada tangan kanannya atau pada dahinya, dan tidak seorangpun yang dapat membeli atau menjual selain dari pada mereka yang memakai tanda itu,  yaitu nama binatang itu atau bilangan namanya.  Yang penting di sini ialah hikmat:   barangsiapa yang bijaksana, baiklah ia menghitung bilangan binatang itu, karena bilangan itu adalah bilangan  seorang manusia, dan bilangannya ialah enam ratus enam puluh enam"
(Wahyu 13:16-18)


Microchip Akhir Zaman

Uang adalah alat pembayaran atau pengganti jasa yang 
telah diberikan ataupun di terima oleh seseoran... 


 Uang adalah alat pembayaran atau pengganti jasa yang telah diberikan ataupun di terima oleh seseorang, seperti di dalam dunia teknologi sudah berkembang sangat pesat dan menciptakan sesuatu yang lebih fleksibel. Kini era uang tunai sudah tidak ada lagi dan perkembangan micro chip yang akan menggantikan uang tunai.

Seperti yang di kutip di Rahasia Rapat London uang bakal dihilangkan dan diganti dengan sistem valuta digital. Apabila seseorang kedapatan mengangkat uang tunai, maka dalam hitungan detik,  uang yang dibawa bakal disita tanpa kompensasi apapun. Intinya, di dunia ini tak ada lagi uang. Semuanya serba digital atau melewati pemakaian micro chip.

Saat ini Eropa sementara menuju ke dalam sistem yang dijuluki sebagai “The New Age Of Economic Totalitarianism
Dengan negara-negara Eropa saat ini terpuruk seusai dihantam krisis moneter, Bank Sentral Eropa mencoba untuk menyusun sebuah kebijakan yang katanya, bakal diimplementasikan untuk mencegah industry perbankan terjun leluasa ke dalam jurang kehancuran.

Satu-satunya tutorial ialah mencegah masyarakat meperbuat penarikan uang tunai, dalam situasi dan keadaan apapun. Berawal dari sinilah, ide untuk menghilangkan uang fisik pertama kali diwacanakan.

Akhir Mei 2015, bertempat di London Inggris, perwakilan Bank of England, Federal Reserve, Bank Sentral Swiss dan Bank Sentral Denmark, menggelar sebuah pertemuan rahasia. Disebut rahasia, sebab terbukti demikian sifatnya. Tak ada liputan satupun media terkait pertemuan tersebut. Adapun acara tunggal yang diusung ialah bagaimana mempercepat implementasi penghapusan uang tunai, untuk kemudian digantikan dengan digital currency.

Ialah Martin Armstrong, yang menjadi whistle blower pertemuan ini, walau kemudian “nyanyian” Armstrong sepi peminat. Ia ialah ahli ekonomi yang sukses memprediksi dengan cocok, terjadinya krisis ekonomi dahsyat yang dikenal dengan sebutan “The Black Monday Crash 1987”, dan krisis moneter yang mengguncang Rusia tahun 1998 silam.
Microchip Akhir Zaman
Microchip RFID
Kembali ke pertemuan rahasia London, jelas ada keangehan. Kenapa sebuah kebijakan ekonomi ataupun moneter, tak diumumkan dengan cara terbuka, tetapi malah dibahas dalam sebuah pertemuan rahasia.

Kenneth Rogoff dari Harvard University dan Willem Buiter selaku direktur ekonomi Citigrup, merupakan dua sosok penting dalam rapat tersebut. Merekalah yang membawakan presentasi di depan para elit bank sentral, mengenai “pentingnya” kebijakan cashless society.

Apabila kebijakan ini jadi diberperbuat, maka semua transaksi jual beli wajib terlebih dahulu mendapat persetujuan pemerintah. Tanpa adanya lampu hijau dari otoritas setempat, maka setiap warga negara tak diperbolehkan membeli ataupun menjual.

Menurut Willem Buiter, apabila uang fisik tak lagi dipakai maka masalah Bank Sentral di seluruh dunia mengenai suku bunga negatif, bakal otomatis terpecahkan.

Sementara itu, Kenneth Rogoff berbicara bahwa penghapusan uang fisik dibangun untuk menghindari beberapa kejahatan, terkait dengan penggelapan pajak dan transaksi-transaksi keuangan illegal lain. Di samping itu, tak bakal terjadi lagi penarikan dana tunai besar-besaran ketika suku bunga mendekati nol.

Tidak jauh tak sama dengan kedua tokoh ekonomi tersebut, mantan ekonom Bank of England, Jim Leaviss, juga menulis sebuah postingan yang diterbitkan oleh surat berita London Telegraph. Dalam tulisannya, Leaviss berbicara “Masyarakat Tanpa Uang”, hanya dapat direalisasikan apabila bank-bank pemerintah di seluruh dunia memaksa masyarakat untuk masuk ke dalam sistem ini dengan kewenangan yang mereka miliki.

Saat ini beberapa bank-bank besar di Amerika dan Inggris telah menerapkan kebijakan ketat terkait penarikan atau penyetoran dana tunai dalam jumlah besar. Beberapa laporan timbulsepanjang bulan Maret 2015, dimana Departemen Kehakiman Amerika mengeluarkan fatwa terhadap industry perbankan, untuk segera melapor terhadap polisi, apabila ada penarikan dana tunai lebih dari 5000 US Dolar.

Sementara itu di Perancis, kebijakan baru bakal segera diberperbuat mulai September mendatang yang bakal membatasi warga Perancis tak boleh bayar tunai di atas 1000 Euro. Nantinya bakal ada Polisi Keuangan, yang  menegakkan undang-undang baru tersebut.

Mereka mempunyai kewenangan untuk menggeledah penumpang kereta api yang bukan warga Perancis, kemudian mengecek apakah orang yang dicurigai mengangkat uang tunai dalam jumlah besar. Apabila kedapatan, maka uang tersebut bakal langsung disita.

Kalau dicermati, maka kebijakan ini jelas merenggut keleluasaan orang per orang, jadi lebih menyerupai penjajahan ekonomi (economic totalitarianism), ketimbang kebijakan yang menolong dunia perbankan, dalam meminimalisasi beberapa tindak kejahatan ekonomi.

JP Morgan Chase, belum lama ini mengirimkan surat terhadap setiap nasabah yang mempunyai dana besar, dimana dalam surat itu dijelaskan bahwa JP Morgan Chase, tak lagi berminat dengan dana-dana yang didepositokan. Tak hanya itu saja, pihak bank menegaskan bahwa mulai 1 Mei 2015, setiap nasabah dengan jumlah deposito besar bakal dikenakkan denda tahunan sebesar 1 % dari jumlah total deposito yang mereka simpan. Adapun denda tersebut, disebutkan sebagai anggaran administrasi.

Sederhananya, deposito bakal dikenakan suku bunga negatif. Alih-alih mendapatkan untung, nasabah malah dapat kehilangan uangnya apabila semakin menerus diendapkan di dalam bank.

Hasilnya sangat jelas. Semua nasabah –banyak di antarany ialah institusi keuangan-, akhirnya memindahkan deposito mereka dari JP Morgan Chase. Tujuan kebijakan ini ialah “membuang” dana sejumlah 100 miliar US dolar, dari bank tersebut.  Alhasil, JP Morgan Chase disinyalir telah sukses membuang 20% dari 100 miliar US dolar semacam yang ditargetkan.

Kami berhenti sejenak dan berpikir. Tidakkah langkah JP Morgan Chase ini aneh dan ajaib?

Normalnya, semua bank rutin memperkenalkan bunga terhadap nasabah. Tetapi kenyataannya ialah, saat ini dunia sedang memasuki era baru keuangan yang disebut “surplus era”.

Beberapa bulan terbaru, apa yang disebut “Suku Bunga Negatif” sedang terjadi di dalam industry perbankan Eropa.

Bank Sentral Eropa (ECB) saat ini tengah berjuang agar dapat bersi kukuh. Bunga deposito hanya dipatok pada angka 0,2 %.

Sementara itu Bank Sentral Swiss yang sedang cemas dengan semakin menguatnya Swiss Franc dapat membahayakan neraca perdagangan negara itu, menetapkan bunga deposito sebesar 0,75%.

Tanggal 21 April 2015, untuk pertama kalinya dalam sejarah, rate Euribor –Euro interbank offered-, berada pada angka negatif. Dan satu-satunya tutorial untuk menyelamatkan industry perbankan dari jurang kebangkrutan, ialah menerapkan kebijakan bunga deposito negatif atau di bawah nol.

Sebenarnya bukan faktor aneh dengan suku bunga negatif, apalagi apabila itu diperbuat agar suku bunga berada di bawah angka deflasi. Apabila sebuah bank menekan suku bunga di bawah angka laju deflasi untuk menstimulasi pertumbuhan, maka nasabah bakal diuntungkan. Pinjaman bakal menjadi lebih terjangkau.

Masalahnya bakal menjadi sangat aneh, apabila kemudian suku bunga dibangun jadi negatif, tanpa terlebih dahulu menghitung laju deflasi. Inilah yang tengah terjadi saat ini di Eropa. Dengan cara teori, menetapkan suku bunga negatif hanya bakal membikin nasabah memindahkan deposito mereka ke tempat lain yang memperkenalkan bunga menguntungkan. Atau bahkan dapat saja, orang-orang bakal kembali ke tutorial kuno yaitu menyimpan uang di bawah kasur, agar tak bayar penalty atas uang yang mereka depositokan.

Bagi yang bahagia “bermain dengan bahaya”, fenomena ini mungkin faktor biasa. Investor dapat mengambil resiko dengan membeli saham apabila mereka yakin, bahwa suku bunga bakal semakin turun. Toh, apabila turun, maka saham dapat dipasarkan kembali, dengan keuntungan yang telah jelas di depan mata. Beli di atas, jual di bawah.

Sementara investor global juga bakal “rela” menaruh uang mereka pada obligasi negatif sebuah negara, dengan berbekal keyakinan bahwa kualitas valuta negara tersebut dapat kembali rebound.

Tapi kini perhatikan tahap yang paling hebat dari faktor ini. Ada tanda-tanda dimana, mulai timbulstrategi baru sebagi tandingan suku bunga negatif yaitu: hebat semua bentuk valuta fisik dari peredaran dan menghilangkankannya sama sekali.

Nantinya hanya setiap individu masyarakat yang dianggap tak patuh pada kebijakan ini, bakal dengan mudah diidentifikasi, sebelum dimasukkan ke daftar hitam dimana yang bersangkutan tak dapat lagi meperbuat transaksi ekonomi apapun.

Baik Buiter maupun Rogoff, keduanya mempunyai latar belakang akademisi dan bukan praktisi. Mereka percaya bahwa menekan suku bunga ialah satu-satunya “jalan menuju Roma”. Menurut mereka juga, apabila uang tak ada lagi, pemerintah sebuah negara tetap dapat menerapkan kebijakan suku bunga nol dan dalam waktu bersamaan tetap dapat mendapatkan stimulus moneter yang dibutuhkan.

Alasan yang aneh sebenarnya. Tapi begitulah akademisi yang rutin bersandar pada teori ekonomi, yang sayangnya kali ini telah menjadi celana tua, atau usang. Apabila semua masalah ekonomi ditangani dengan cara “Text Book Theraphy”, maka masalah tak kunjung berakhir sebab penangananya salah.

Tetapi bagaimanapun juga, dunia wajib bersiap apabila akhirnya ide Buiter dan Rogoff nyatanya terbukti diimplementasikan. Dapat jadi terbukti kami sedang menuju ke sistem pemerintahan tunggal –one world order-, dimana pada akhirnya semua dikontrol oleh satu mega sistem, dan satu tahta pemerintahan dunia.

"Letak genggaman dunia sudah ada di micro chip"
(jokowinomics.com)

0 komentar:

Posting Komentar