Love Converence
Philip Mantova – Gereja Mawar Sharon
Sesi 1. Pacaran Kudus
Rhema ps. Philip Mantova saat bertobat di usia 18 th:
Tanpa pacaran kudus, tidak mungkin ada pernikahan kudus
Kudus
Kekudusan bagi dunia seperti penjara, hukum Taurat, ikatan yang membuat hidup tidak berbahagia, sesuatu yang membosankan. Ini adalah tipuan iblis ! Bahkan semua sistem dunia sudah dipengaruhi dan dikuasai iblis.
Tapi tetap percaya kepada Allah ! Karena Tuhan
adalah terang dan kasih, Dia perintahkan kepada kita untuk hidup kudus demi
kebahagiaan anak-anakNya. Bukan untuk menyengsarakan kita !
Saat kita meragukan Firman Tuhan, maka
pencobaan akan semakin menjadi, makin tampak manis dan semakin tidak bisa kita
tolak, dan akhirnya kita jatuh !
Kekudusan itu indah, cantik, bahagia, untuk
memberikan nilai tambah kepada kita !
5 Prinsip Fondasi Pacaran Kudus
Prinsip 1: Pacaran sekali untuk menikah
Jika ada yang sudah pacaran lebih dari
sekali: bertobat, lupakan yang lalu, dan mulai sekarang ambil komitmen ini.
Namun jika record masih bersih: satu kali adalah baik !
Memulai dengan benar lebih baik daripada
memperbaiki yang rusak.
Yang rusak (MBA, pacaran tidak karuan) tetap
bisa dipulihkan !
Bertobat itu sakit. Lebih baik bertobat
daripada binasa, tapi lebih baik taat daripada bertobat !
Pacaran bukan untuk coba-coba ! Pacaran untuk
mencari suami/ istri, bukan untuk cinta.
Jatuh cinta bukan ukuran yang tepat untuk
memulai pacaran.
Cinta yang paling memuaskan adalah cinta yang
bertanggung jawab ! (comitted love)
Cinta tersebut didasari rasa percaya (trust),
saling menghargai (respect), saling menerima, saling memiliki – masing-masing
hanya untuk pasangannya, bukan karena pasangan kita adalah yang terbaik tetapi
karena pasangan itu satu-satunya yang dicintai !
Saat kita membandingkan, maka tidak akan
pernah kawin karena selalu ada yang lebih baik: lebih kaya, lebih kurus, dll.
Kusumpahi kamu, puteri-puteri Yerusalem:
mengapa kamu membangkitkan dan menggerakkan cinta sebelum diingininya? (Kid 8:
4)
Waktu pacaran yang tepat HARUS kita tentukan
! When you fail to plan, you plan to fail !
Anak Tuhan harus menyusun rencana, dan
melibatkan Tuhan dalam perencanaan kita !
Rencanakan kapan kita sepatutnya mulai
pacaran !
Peritungkan masa study, masa persiapan karier
dan mengumpulkan modal supaya mandiri secara keuangan, baru setelah itu
tentukan di usia berapa akan menikah. Setelah tahun menikah ditentukan, hitung
mundur dan baru tentukan di usia berapa akan mulai pacaran !
Prinsip 2: Mengutamakan buah-buah Roh/ Kasih dalam Berpacaran
Pacaran kudus bukan mengutamakan “pohon”nya,
tapi buah-buah Roh/ Kasih : kasih, sukacita, damai sejahtera, kesabaran,
kemurahan, kebaikan, kesetiaan, kelemahlembutan, penguasaan diri.
Kasih itu:
Tidak mencari kepentingan diri sendiri.
Berarti seks di luar nikah tidak termasuk !
Tidak mengambil melainkan memberi, tidak
mengambil apa yang menjadi haknya – apalagi mengambil apa yang bukan haknya.
Membangun – bukan meruntuhkan, melindungi –
bukan melucuti, membuat hangat – bukan menelanjangi !
Mat 7: 16-20
Semua harus dilihat dari buahnya, bukan pohonnya. Anehnya dalam gereja orang sering lebih bangga dengan “pohonnya”.
Contoh pohonnya: Dapat dari Tuhan
(pengelihatan, mimpi, dll) tentang siapa jodohnya saat sedang jatuh cinta !
Contoh buah setelah pacaran:
Bagaimana sikap / attitude terhadap pemimpin
dan orang tua ?
Bagaimana nilai kuliah, hasil kerja: semakin
maju atau mundur ?
Bagaimana sikap terhadap pelayanan: semakin
bagus/ excellent atau asal-asalan ?
Bagaimana memperlakukan pacar: mulai
meraba-raba atau masih menghormati ?
Apakah semakin berguna dan produktif bagi
Tuhan dan orang lain ?
Dari pra-pacaran hingga pacaran, hingga
menikah, semua dilihat dari buahnya !
Cara kita mengusahakan buah adalah dengan
menghormati hukum tubuh kita !
Jika ingin menaklukkan kekuatan lawan kita,
yaitu daging kita, maka kita harus sadari potensi kekuatan daging kita dan
menghargainya/ menghormatinya, kemudian belajar mengarahkannya dengan benar !
(Contoh praktis ada di DVD)
Hormati kamar pasangan anda ! Apapun
alasannya, jangan masuk kamar pasangan !
Apa yang kamu berhalakan selama pacaran – itu
yang tidak akan kamu nikmati dalam perkawinan !
Jika memberhalakan seks atau kenikmatan
seksualitas – dalam perkawinan pasangan akan lebih tertarik kepada orang lain.
Jika memberhalakan kebersamaan/ posesif/
mengekang – dalam perkawinan akan menjadi suami-istri yang tidak akrab.
Bagaimana supaya layak menerima berkat kudus
di hari pernikahan.
Tujuan kita mengutamakan buah-buah Roh bukan
supaya lebih kudus/ suci dibanding orang lain !
Memelihara kekudusan ada upahnya (reward)
yaitu: di hari pernikahan kita layak menerima: penyertaan Allah, berkat
finansial, berkat anak-cucu.
Di hari pernikahan akan ada penumpangan
tangan oleh pendeta. Masalahnya apakah sungguh-sungguh ada berkat supranatural
turun? Tidak perduli siapapun pendetanya, karena pendeta hanya saluran berkat.
Yang menuai dan menabur adalah pasangan yang menikah.
Apa yang kita tabur – itu yang kita tuai, apa
yang tidak kita tabur – tidak kita tuai !
Adakah berkat pada upacara perkawinan yang
turun? Kuncinya di tangan kita dan pasangan kita: bagaimana jenis hubungan
sebelum menikah.
Jika kita tidak memelihara kekudusan sebelum
kawin, maka tidak akan menuai berkat Allah
Namun untuk pasangan yang sudah “jatuh” tetap
ada harapan jika bertobat, artinya berbalik dan tidak mengulang ke”jatuh”annya
lagi. Bertobat artinya berubah dan atur ulang hidup kita !
Penyertaan Allah: ada penyertaan Allah dalam
perkawinan dan rumah tangga.
Berkat finansial: dalam perkawinan dan rumah
tangga ada berkat tanpa embel-embel kesusahan mengikutinya.
Berkat anak-cucu : berkat yang nampak baru
pada perjalanan perkawinan. Anak-anak kita menghasilkan sesuai taburan orang
tua, apakah mewarisi hal-hal terburuk yang ada di papa/ mamanya, atau mewarisi
yang terbaik dari orang tuanya.
.
Prinsip 3: Menghormati orang tua
Prinsip 3: Menghormati orang tua
Kel 20: 12
Menghormati orang tua penting supaya hubungan kita direstui orang tua, dan itu perintah Tuhan! Tidak cukup berkat hanya dari pemimpin rohani/ gembala kita. Karena Tuhan membagi antara orang tua dan pemimpin rohani: kuasa melepaskan berkat bagi pasangan yang menikah.
Restu orang tua menentukan kebahagiaan rumah tangga !
Suami-istri tidak mungkin bisa saling
menghargai jika yang ditabur adalah pemberontakan. Dan juga tidak bisa
mengajarkan anak-anak untuk menghormati orang-tuanya.
Libatkan orang tua dalam membangun hubungan,
tapi jangan terlalu dalam !
Alkitab mengajarkan kita hormat kepada orang
tua, tetapi tidak berarti orang tua kita sempurna !
Jika orang tua salah dan pandangannya tidak
sesuai Alkitab, bahkan jika bukan anak Tuhan, tetap tidak boleh tidak
menghormati orang tua !
Solusinya:
Berdoa ! Doa mengubah hati orang ! Jika kita
benar, Tuhan dengar doa kita; jika untuk memuaskan hawa nafsu kita, Tuhan tidak
mau dengar doa kita; tapi jika kita tidak berdoa – tidak akan dapat apa-apa.
Sambil berdoa: evaluasi diri kita, mungkin orang tua benar.
Berusaha dengan cara yang menjadi berkat !
Tidak berhenti hanya pada doa. Tunjukkan bahwa hubungan kita manis dan
memberkati untuk meyakinkan dan memenangkan restu mereka.
Prinsip 4: Menghormati gembala atau pemimpin rohani
Ibr 13: 17
Libatkan pemimpin rohani dalam hubungan sejak masa pra-pacaran – secara terbatas, terutama berdoa dan berjaga-jaga atas jiwa kita.
Melibatkan pemimpin rohani dalam
hubungan menentukan kerohanian rumah tangga.
Rumah tangga pasangan bisa baik dan diberkati
di banyak segi, tapi tidak rohani. Artinya nilai-nilai Alkitab lemah, semangat
melayani Tuhan tidak ada, anak-anak tidak punya keinginan untuk kenal Tuhan
secara pribadi, ini karena ada spirit yang padam dan mati di dalam suami dan
istri, dan akhirnya dalam rumah tangga – karena meninggalkan pemimpin rohani.
Untuk pemimpin: Pemimpin bukan nabi
atau polisi, tapi hendaknya menjadi ayah dan sahabat.
Yang menentukan kepada siapa kita jatuh cinta
dan memilih pasangan adalah masing-masing pribadi – bukan karena perkataan/
tanya pemimpin. Pemimpin seperti ayah yang mengikuti perjalanan hidup anaknya
dan mengarahkan, ikut memikirkan, tapi penentuan tetap terletak pada anak, ada
saling percaya. Jangan ada pasangan yang jatuh, tapi jika ada yang jatuh,
pemimpin akan berdiri sebagai sahabat: melihat konteks kasusnya, dan dengan
hikmat Tuhan menuntun pada kebenaran.
Sahabat tidak menghakimi, tapi bukan berarti
lunak terhadap dosa ! Tetap ada otoritas untuk berkata tidak !
Prinsip 5: Dipenuhi dengan kasih yang abadi
(eternal love)
Bingkai dari hubungan haruslah kasih yang
abadi – bukan nafsu !
Yang beda dalam fase kehidupan kita adalah “lukisannya”.
Yang beda dalam fase kehidupan kita adalah “lukisannya”.
Jika cinta bertumbuh ke arah kasih yang
abadi, kita akan punya waktu yang panjang untuk mencintai pasangan kita karena
kita akan memilikinya selamanya.
Cinta yang bertumbuh ke arah nafsu tidak akan
abadi !
Bagi yang belum memiliki pasangan: Jangan
gelisah, Tuhan pasti sediakan yang terbaik pada saat yang tepat. Yang harus
dilakukan: terus berdoa, bergaul dengan sehat, jaga sikap, jaga tutur kata dan
penampilan.
Bergaul dengan sehat artinya tidak
mencampurkan kasih dengan cinta: jangan ke sana-sini nembak ! Bergaul dengan
sehat lebih dulu, dapatkan hubungan yang murni kasih, baru beranjak ke cinta
jika ada kemungkinannya, sehingga akhirnya bisa menikah dengan sahabat.
Bagi yang sudah memiliki pasangan: cinta
adalah bunga dalam pernikahan – bukan patokan kebahagiaan. Yang terpenting
dalam pernikahan adalah seberapa besar pengertian yang kita miliki, yang
membuat kita memahami, yang membuat kita memahami kelebihan dan kelemahan
pasangan kita. Saling memahami adalah jalan menuju kebahagiaan sejati.
0 komentar:
Posting Komentar